Saya cinta Indonesia, saya cinta penegak hukum yang jujur.
Saya cinta pejabat yang peduli akan bangsanya lebih dari kepentingannya
sendiri. Dimana kebaikan, dimana keadilan, mengapa hanya kebohongan yang
dihasilkan ? jujur tlah kau larikan, alibi kau carikan. Kehormatan akan
jabatanpun kau matikan. Demokrasi rakyat memimpin ataukah uang ? semudah itu
kau
injak-injak darah pejuang ? tak kau buang peluang saat dia masuk ruang.
Hatimu mengusir nurani, rakus tertuang.
Kontaminasi, engkau lemah fondasi, kau masih lupakan
rakyat yang lelah berorasi, rotasi, karna jalan pikiran bodoh basi, sebelum
kemarahan rakyat terprovokasi. Keadilan tertatih hampir setengah mati, sulit
bergerak rakus harta menjerat kaki. Mendengar kebenaran kau pun berdebar hati.
Tak heran bila rakyatpun menebar maki. Ku ingin aparat yang bisa jadi panutan.
Bukan salah pilih-pilihan yang kau lakukan. Bukan asupan, suapan, yang
melarutkan. Kentalnya semangat bela bangsa tak terjatuhkan. Dan bukan yang
sudah-sudah terus terjadi. Ya sudah, terluka-luka terus dijerati.
Masih tak berubah-ubah terus sesaki, bebani pundak-pundak susah mendaki. Bangsa jadi mangsa pasar dan
pangsa, memotong keadilan bagai potong bebek angsa. Serong kekiri juga serong
kekanan. Beri ancaman, beri tindakan, beri tekanan. Bunyi rekaman bagai
kebenaran terkaman. Kepenatan gerah bukti kriminal tak aman. Apabila serangan
padaku pun kau dengarkan, berarti expresi tlah dimatikan kekejaman.
0 komentar:
Post a Comment