Hari
ini jadwal aku harus ke kampus, janjian sama dosen tercinta dan paling
fenomenal yang pernah aku temui. Rencananya hari ini akan membahas
kelanjutan metode yang mau aku pakai dalam skripsweet-ku. Jam 9.56 akhirnya selesai juga. Aku dengan seorang sahabat karib (ceileh karib), memutuskan untuk langsung pulang ke kos buru-buru. Kenapa? karena jam 10 gerbang belakang kampus ditutup (gerbang belakang satu-satunya jalan terdekat yang menghubungkan rumah kos gue dengan kampus).
Kalo gerbang belakang ditutup, terpaksa kita mesti lewat gerbang depan
dan melalui perjalanan yang cukup jauh memutar -_-' fiuh.
Beberapa
meter sebelum sampai digerbang belakang, aku lihat pak satpam udah
nutup itu gerbang, tinggal digembok doang. Kita langsung tarik gas, dan
teriak "tunggu maaaaaaang". Pas tepat waktu sampai di depan gerbang, sedikit tersenyum dan berucap 'terimakasih' kepada pak satpam yang bijak itu (Eh? Bijak?)
Tau
apa yang pak satpam itu bilang? Antara berbicara kepada kami atau hanya
menggumam, tapi aku jelas mendengar pak satpam itu bilang "Bukan mamang bakso aku ini dek". Aku menoleh ke belakang dan senyum lagi sama pak satpam itu "Maap pak" dan melambaikan tangan.
Bapak itu hanya tersenyum dan balas mengangkat tangan.
Sampai di kost, aku langsung rebahan, sambil memperhatikan sahabatku itu berkemas, (dia hari ini mau mudik)
pulang kerumah tercinta. Ini bisa disebut mudik gak ya? Soalnya jarak
kos sama rumah dia kalo naik bus sekitar 2 jam, atau 3 jam kalau macet.
Ah tau lah. Intinya hari ini dia mau balik ke rumah. (Gitu tuh kalo
rumah deket, bisa pulang kapan aja mau, gak kaya gue, yang rumahnya
lintas provinsi. Gak bisa sering-sering pulang. Derita anak rantauan). Baiklah, sepertinya beberapa hari ini aku bakalan sendirian di kos.
Jam 11, selesai berkemas, sahabatku itu akhirnya meninggalkan aku sendirian. (Aku rapopo, beneran).
Yaaahhh, apalagi yang akan aku lakukan saat-saat sendiri seperti ini,
selain baca novel, nulis, nonton, dan buka jurnal. Bisa dibilang cukup
menyenangkan.
Jam
1 tidur siang. Aku sekarang diminta untuk banyak istirahat oleh
beberapa orang, termasuk orang tua aku juga, gak boleh begadang, makan
teratur, dan minimal 3 kali dalam seminggu harus tidur siang, biar gak
kecapean. Dan karena hari ini juga aku lagi 'gak sholat', jadi
deh cuma baring-baring doang sambil nonton.
Alarm
bunyi jam 3.30 pm. Ah iya, hari ini Rabu! Jadwal aku mengajar ngaji di
musholla kompleks dekat kos. Aku buru-buru cuci muka dan bersiap, ba'da
ashar anak-anak pasti udah pada kumpul. Pena, spidol, henpon, dan
payung. Oke, ready!
Aku
melangkah ke musholla yang jaraknya kuhitung 317 langkah dari pintu
kosku. Benar saja, mereka sudah pada kumpul, dan pastinya partnerku yang selalu hadir lebih dulu itu sudah membuka pertemuan. Udo Febrian, rekan mengajar ngaji disini.
Jam
4.30 selesai juga, aku kembali kekos. Beres-beres, dan kembali menatap
screen laptop. Menyelesaikan apa yang belum selesai dan kemudian
memantau dunia maya #patroli :D
Daaaaannn,
aku tiba-tiba keinget sama sahabat-sahabat aku. Apalagi dua sahabat aku
yang sekarang gak tau dimana dan apa kabarnya. Aku nangis. Sendirian.
Gak tau kenapa sore ini, waktu sendirian ini, aku bener-bener bisa
nangis. Coba aja didepan sahabat aku yang lain, pasti gak bisa nangis.
Aku yang sekarang beda dengan aku yang dulu. (Berasa lagi nyanyi lagunya si Tegar, 'ku yang dulu bukanlah yang sekarang'. Tau kan? hehe).
Dulu aku adalah orang yang cengeng, kapanpun aku sedih, aku nangis, gak
lihat waktu dan tempat. Tapi sekarang aku sudah bisa sedikit
mengontrol, dan saat-saat seperti ini aku bisa bener-bener sedih dan
nangis. Kadang juga waktu yang tepat untuk aku nangis adalah waktu
malam, saat aku sholat di sepertiga malam terakhir. Itu bener-bener
momen yang pas untuk nangis dan memohon. Believe me!
Ba'da
maghrib, rombongan anak-anak itu sudah sampai didepan kosku. Mereka
terus mengucap salam dan memanggilku, gak berhenti sampai aku membuka
pintu. Berisik, tapi aku suka :)
Malam ini jadwal mereka belajar bareng, sekitar 9 atau 10 anak malam ini hadir. Aku yang kesepian kini merasa berkawan :D haha
"Mbak Vita, mana pak Febri? belum datang?"
Gak lama akhirnya yang dicari muncul, dan langsung aja pelajaran malam itu dibuka. (Jujur,
dulu gue paling gak suka sama anak-anak, selain mereka berisik, banyak
maunya, merengek, terus juga bandel. Tapi semenjak gue mengikuti
beberapa kegiatan yang buat gue harus bersama-sama makhluk kecil yang
berisik itu, akhirnya gue bisa suka sama anak kecil) hehe
Rame!!
Malam ini aku dapat jatah belajar sama anak-anak yang masih TK. Hampir
kewalahan aku ngurusin mereka yang bawel, berisik, dan bandel itu.
Diajakin belajar banyak banget alasan untuk ngajakin cerita, apa aja
ditanya. Ujung-ujungnya kita banyakan cerita daripada belajar berhitung
dan menulis. (Luar biasa, gue di provokasi oleh bocah)
Jam
delapan lewat beberapa menit, akhirnya pelajaran selesai. Mereka juga
butuh istirahat, aku tau hari ini pasti mereka sangat lelah. Pulang
sekolah jam 1, kemudian ngaji jam 3.30, lanjut belajar bersama malam
ini. Schedule yang padat. Tapi aku lebih suka mereka teratur
seperti itu, waktu bermain yang cukup, tidak berlebihan :) Dan syukurnya
mereka gak keberatan dengan jadwal yang seperti itu, malah mereka
sangat senang. Waktu mereka masuk ke kosku tadi, mereka bilang "Naahhh, ketemu mbak Vita lagi kita. Jangan bosen ya mbak ketemu kami".
aku cuma bisa bilang dalam hati "Adik-adik, mbak ndak bosen ketemu kalian"
Kadang kalo aku lagi penat, bertemu mereka bisa jadi obat :)
Selesai membaca do'a setelah belajar, mereka pamit. Gitu juga dengan partner mengajarku, Febrian dan seorang volunteer yang malam itu ingin bergabung. Mereka semua pergi dengan melambaikan tangan.
"Balek yo mbak Vitaaaa.."
Seketika
keadaan ruangan kembali lengang. Aku kembali kepada alat yang setia
menungguku, berselancar di dunia maya, membaca, dan menulis. (lagi).
Sepi.
Aku
memutar palylist instrument klasik karya sang maestro musik, Beethoven,
Mozart, Beach, dan lainnya. Beberapa ada musikalisasi puisi karya sang
maestro puisi, Sapardi Djoko Damono, Chairil Anwar, dan lain-lain.
Sahabatku selalu bilang aku aneh, setiap kali aku memutar musik-musik
itu. Katanya mistis. aku gak ngerti mistisnya dimana, cuma menurutnya
musik-musik dan musikalisasi puisi itu terdengar aneh dan seram. Tapi
aku suka :)
Yahh,
aku juga lelah hari ini. Semoga apa yang aku dan teman-teman lakukan
hari ini, diberkahi oleh Allah, agar semua gak sia-sia :) Sempat tadi
nonton berita di tivi, dan cukup bilang ke diri sendiri
'Jangan
terlalu ambil pusing dengan carut-marutnya perpolitikan Indonesia, Yie.
Lakukan saja perbaikan untuk sekitarmu. Lakukan apa yang mampu kau
jangkau. Kritis boleh, tapi jangan hanya mengkritisi, berikan juga
solusi perbaikan. Minimal mencoba memperbaiki, dari mulai hal kecil,
dari mulai diri sendiri. Sudah baikkah kita?'
Sekarang, aku lebih suka menganggap berita di media itu adalah sebuah drama, bukan fakta :)
Oke, Selamat malam semuanya, semoga esok akan lebih baik :)
0 komentar:
Post a Comment