Langit merona dengan
pesona
Menjingga pada porosnya
Tunggu aku,
Aku masih bermain
dengan algoritma-algoritma
Kelelahan bernegasi kemudian,
Ketika ada peluang akan pulang
Aku mensubstitusikan harapan
Mengingat ia yang
jauh berdiagonal ruang
Ku stasionerkan kerinduan ini
Kau pergi sejauh Phi
Sangat jauh saat ku linierkan tangan
Tak terjangkau
Kau berjanji akan
mengkombinasikan segala
Agar kita hanya berjarak satu titik pada kuadran yang
sama
Apa harus ku permutasi jarak?
Dan kemudian ku diferensialkan alasan?
Atau merangkai teorema dan lemma?
Supaya tak ada akar-akar pemisah
Serasional takdir
Hidupnya random
Seperti tabel acak pada peluang
Kadang ia mengurung
waktu dalam aljabar sederhana
Dikonjungsikannya dengan kofaktor
Tak jarang menjadikan
asimtot-asimtot itu sebagai alasan
Dasar pemalas!
Pantas hidupnya
begitu-begitu saja
Kerjanya meregresi masa lalu
Lalu memfuzzifikasi masa depan
Sedangkan saat ini
diabaikannya
Dasar
pemalas!
Malam semakin pekat
Tersekat-sekat oleh galat
Aksioma mengkonvergenkan
diri menjadi sebuah paradoks
Lalu aku apa?
Divergen dalam geometri Euclidain?
Atau integer dalam Quaternions?
Aku ingin kongruen
Aku ingin menjadi modus dalam setiap hal
Bukan
hanya sekedar rataan
Sebuah entri terinput
atas nama wanita
Ia memfaktorialkan rayu dengan tangan kirinya
Lalu mereduksi dunia dengan tangan kanannya
Ia mampu menjadi
perhiasan dengan orde tertinggi di
dunia
Atau menjadi serendah
margin error
Dipuja setara teorema aproksimasi terbaik
Mereka menyebutnya vektor eigen
Dalam
proyeksi ortogonal sebuah subruang
Aku dan mimpi
Asa kembali mengkorelasikan X dan Y
agar semua berdistribusi normal dalam setiap interval
Aku tak peduli,
Sungguh tak peduli
Apakah dependen atau independen, aku
Durbin Watson pun tak mampu menguji variabel bebas
Ah, kau yang selalu
aman dengan asumsi terpenuhi
Tak akan mengerti
adanya standar deviasi
Kau hanya tau rasio simetris dan asimetris
Aku dan mimpi
Asa berada diluar selang kepercayaan
Semakin univariat faktor penghambatnya
Semakin membengkak
bagai interpolasi kuadratik
Aku dan mimpi
Asa hanya menginterpretasikan koefisien yang pasti
Sedangkan aku dan
mimpi,
Hanya
binomial dengan suku saling lepas
Di domain sempit ini,
Bukit kecoklatan dan
lembah hijau bergelombang
Gunung-gunung tedekomposisi menjadi pencakar langit
Jalur terjal terintegrasi
Matahari memfaktorkan sinar terang dilangit
Pohon-pohon besar merelasikan dahannya
Membentuk parabola dedaunan yang menghalangi sinar
Di domain sempit ini,
Pohon-pohon berkorelasi mempertahankan hidup
Rumput-rumput simultan menguning dan mengering
Semak belukar tumbuh gradien akibat tiupan angin
Inilah asumsi klasik
Dari kehidupan parsial pinggiran kota
Aku memplot sebuah senyum
Ekuivalen dengan kerinduan
Sekali
lagi membiarkan diri ini mengenang rumahnya sesaat
Negeri ini sedang
sakit
Meski disederhanakan
dalam piktogram, tetap saja rumit
Frekuensi perdebatan implisit
Namun nihil akan hasil
Bangsa ini sedang
sakit
Mudah tersinggung dan
tinggi kontradiksi
Mengabaikan kaidah inferensi
Meskipun antisedennya adalah konjungsi
Adjoinnya determinan si
sakit
Dalam koordinat relatif terhadap basis ortogonal
Negeri
ini sedang sakit
Yuli Ravita, 2015
Yuli Ravita, 2015
0 komentar:
Post a Comment