Ads 468x60px

Wednesday, February 20, 2013

Hijrah Pertama dalam Islam

Karena keganasan kaum Musyrik, kaum Muslim hijrah ke negeri Habasyah. Di antara kaum muhajir itu, yaitu : Utsman bin Affan beserta istri, Ruqayyah binti Rasulullah saw, Abu Hudzaifah beserta istri, Zubair bin Awwam, Mush’ab bin Umair, Abdur-Rahman bin Auf, sampai dengan lebih dari 80 orang.
Quraisy mengutus Abdullah bin Abi Rabi’ah dan Amr bin ‘Ash (sebelum masuk Islam) menemui Najasyi untuk memberikan hadiah pada raja, pembantu, dan pendeta dengan harapan agar mereka menolak kaum Muslim dan mengembalikan pada kaum Musyrik di Mekkah.
Najasyi menolak untuk menyerahkan kaum Muslim kepada utusan tersebut sebelum menanyai mereka tentang agama baru yang dianutnya.
Ja’far bin Abi Thalib, juru bicara kaum Muslim menjelaskan tentang ajaran yang dibawa Rasulullah saw dan kejahatan kaum Quraisy serta membacakan surat Maryam. Kemudian Najasyi menyuruh utusan kaum Musyrik pulang dan tidak menyerahkan kaum Muslim kepada mereka.
Keesokan harinya, utusan Musyrik menghadap Najasyi lagi. Mereka memfitnah kaum Muslim telah menjelekkan Isa putra Maryam. Namun Najasyi lebih percaya dengan perkataan Ja’far. Akhirnya, semua hadiah dikembalikan pada kaum Quraisy dan kaum Muslim tinggal di Habasyah dengan tenang dan tentram.
Setelah beberapa waktu tinggal di Habasyah, tidak seorangpun dari kaum Muslim masuk ke kota Mekkah kecuali dengan perlindungan (dari salah seorang tokoh Quraisy / dengan sembunyi-sembunyi). Mereka jumlahnya 30 orang di antaranya Utsman bin Mazh’um dilindungi Al Walid bin Al Mughirah dan Abu Salamah dilindungi Abu Thalib.

IBRAH
1.      Berpegang teguh dengan agama dan menegakkan sendi-sendinya merupakan landasan dan sumber bagi setiap kekuatan.
2.      Menunjukkan adanya titik persamaan antara prinsip Nabi Muhammad saw dan Nabi Isa as.
3.      Bila diperlukan, kaum Muslim boleh meminta “perlindungan” kepada non Muslim baik dari ahli kitab seperti Najasyi yang pada waktu itu masih Nasrani (setelah itu masuk Islam) atau dari orang Musyrik seperti mereka yang dimintai pertolongan oleh kaum Muslim untuk kembali ke Mekkah.

Utusan Pertama Menemui Rasulullah saw
IBRAH
1.      Kedatangan utusan dari Nasrani Habasyah untuk menemui Rasulullah saw dan mempelajari islam merupakan bukti bahwa penderitaan dan musibah yang dialami oleh aktivis da’wah Islam bukanlah suatu kegagalan melainkan merupakan jalan yang harus ditempuh untuk mencapai keberhasilan dan kemenangan.
2.      Para penganut Injil yang beriman dan mengikuti petunjuknya yaitu untuk mengikuti Rasul yang datang sesudah Isa as yaitu Muhammad saw sebagai konsekuensi keimanan.

Tahun Berduka Cita (‘Aamul Huzni)
Pada tahun kesepuluh kenabian, Khadijah dan Abu Thalib wafat.

IBRAH
1.      Sesungguhnya perlindungan, pertolongan dan kemenangan hanya datang dari Allah. Dengan atau tanpa pembelaan manusia, Rasulullah saw akan tetap dijaga dan dilindungi oleh Allah dan da’wahnya akhirnya akan mencapai kemenangan.
2.      Sunnatullah dan hikmah Ilahiyah artinya bahwa Rasulullah saw harus mengalami cobaan berat di jalan da’wah sehingga para da’i pada setiap zaman akan menganggap ringan segala bentuk cobaan berat di jalan da’wah.

Disebut tahun berduka cita bukan karena semata-mata Rasulullah saw bersedih kehilangan sebagian keluarganya tetapi karena bayangan akan tertutupnya hampir seluruh pintu da’wah Islam setelah wafatnya Khadijah dan Abu Thalib.

Hijrah Rasul Ke Thaif
Rasulullah saw ke Thaif mencari perlindungan dan dukungan dari Bani Tsaqif dan berharap agar ajarannya diterima. Disana, beliau mengajak beriman kepada Allah swt, namun ditolak. Mereka pun menolak permintaan Rasulullah saw agar mereka merahasiakan kedatangan beliau dari kaum Quraisy. Bahkan Rasulullah saw dilempari batu hingga kedua kakinya cidera. Zaid bin Haritsah yang melindungi Rasulullah saw pun terluka pada kepalanya.

Di kebun ‘Uqbah bin Rabi’ah, Rasulullah saw berhenti dikejar. Tanpa sepengetahuan Rasulullah saw, di kebun tersebut beliau diperhatikan oleh 2 anak Rabi’ah.
Rasulullah saw berdoa :
Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kesanggupanku, dan ketidakberdayaan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Engkaulah pelindung bagi si lemah, dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapakah diriku hendak Engkau serahkan ? Jika Engkau tidak murka kepada ku, maka semua itu tak ku hiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepada ku. Aku berlindung pada sinar wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan akhirat, dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan kepada ku. Hanya Engkau lah yang berhak menegur dan mempersalahkan diriku hingga Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apaun selain atas perkenan-Mu.”

Karena doa itu, anak Rabi’ah merasa iba kemudian memanggil pelayannya, seorang Nasrani bernama Addas untuk memberikan anggur kepada Rasulullah saw. Sebelum memakan anggur itu, Rasulullah saw mengucapkan basmalah. Addas pun berlutut di hadapan Rasulullah saw ketika tahu bahwa Rasulullah saw adalah saudara Yunus bin Mathius dan ia juga adalah Nabi.

Ibnu Ishaq berkata :
Setelah itu, Rasulullah saw kembali ke Mekkah. Di Nikhlah, beliau solat malam. Saat itu, ada beberapa makhluk yang mendengar bacaan Rasulullah saw. Kisah ini terdapat pada QS. Al-Ahqaf : 29-31 dan Al-Jin : 1.

IBRAH
1.      Menyampaikan kepada Muslim cara pelaksanaan sabar (QS. Ali Imron : 200). Pengaduan Rasulullah saw pada Allah adalah ibadah. Berdoa merupakan perbuatan taqarrub dan ketaatan.
2.      Segala penderitaan yang ditemui, selalu ada “penawar Ilahi”, seperti pada kisah Addas.
3.      Tindakan Zaid bin Haritsah merupakan contoh yang harus dilakukan setiap Muslim dalam bersikap terhadap pemimpin da’wah yang melindungi pemimpinnya meskipun harus mengorbankan kehidupannya.
4.      QS. Al-Ahqaf : 29-31 dan Al-Jin : 1 merupakan dalil eksistensi jin dan jin juga dibebani kewajiban melaksanakan syariat Islam.
5.      Setelah penyiksaan di Thaif, Rasulullah saw tetap yakin kepada Allah swt dan tidak pernah putus asa karena yakin Allah swt akan memenangkan beliau.
Mu’jizat Isra’ Mi’raj

ü  Isra’ : perjalanan Nabi dari Masjidil Haram di Mekkah ke masjidil Aqsha di al-Quds.
ü  Mi’raj : kenaikan Rasulullah saw menembus lapisan langit setinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu semua makhluk dan ditempuh dalam sehari semalam menggunakan buraq.

Dalam perjalanan ini, Rasulullah saw naik ke langit pertama, kedua, dst. sampai Sidratul Muntaha. Di antara wahyu Allah swt yang disampaikan saat itu adalah kewajiban sholat lima waktu yang pada awalnya adalah 50 kali sehari semalam.

Kaum Musyrik mendustakan dan menertawakan berita Rasulullah saw mengenai perjalanan beliau tersebut. Mereka bahkan menentang Rasulullah saw untuk menggambarkan Baitul Maqdis.

Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda :
Ketika kaum Quraisy mendustakan aku, aku berdiri di Hijr (Ismail) lalu Allah memperlihatkan Baitul Maqdis kepada ku. Kemudian aku kabarkan kepada mereka tentang tiang-tiangnya dari apa yang aku lihat.
Abu Bakar membenarkannya.

IBRAH
1.      Peristiwa Isra’ Mi’raj ini termasuk mu’jizat Rasulullah saw terbesar.
2.      Setelah merasakan siksaan kaum Quraisy, Isra’ Mi’raj ini merupakan penghormatan dari Allah swt, penyegaran semangat, dan ketabahannya.
3.      Kaum Muslim harus menjaga Baitul Maqdis dan tidak menyerah pada kaum Yahudi.
4.      Pilihan Nabi terhadapa minuman susu ketika Jibril menawarkan susu dan khamr merupakan isyarak secara simbolik bahwa Islam adalah agama fitrah, aturannya sesuai dengan fitrah manusia.
5.      Isra’ dan Mi’raj dilakukan dengan ruh dan jasad Rasulullah saw.  

0 komentar:

 
Blogger Templates