Karena keganasan kaum Musyrik, kaum Muslim hijrah
ke negeri Habasyah. Di antara kaum muhajir itu, yaitu : Utsman bin Affan beserta istri, Ruqayyah
binti Rasulullah saw, Abu Hudzaifah beserta istri, Zubair bin Awwam, Mush’ab
bin Umair, Abdur-Rahman bin Auf, sampai dengan lebih dari 80 orang.
Quraisy mengutus Abdullah bin Abi Rabi’ah dan Amr
bin ‘Ash (sebelum masuk Islam) menemui Najasyi untuk memberikan hadiah pada
raja, pembantu, dan pendeta dengan harapan agar mereka menolak kaum Muslim dan
mengembalikan pada kaum Musyrik di Mekkah.
Najasyi menolak untuk menyerahkan kaum Muslim
kepada utusan tersebut sebelum menanyai mereka tentang agama baru yang
dianutnya.
Ja’far bin Abi Thalib, juru bicara kaum Muslim
menjelaskan tentang ajaran yang dibawa Rasulullah saw dan kejahatan kaum
Quraisy serta membacakan surat Maryam. Kemudian Najasyi menyuruh utusan kaum
Musyrik pulang dan tidak menyerahkan kaum Muslim kepada mereka.
Keesokan harinya, utusan Musyrik menghadap Najasyi
lagi. Mereka memfitnah kaum Muslim telah menjelekkan Isa putra Maryam. Namun
Najasyi lebih percaya dengan perkataan Ja’far. Akhirnya, semua hadiah
dikembalikan pada kaum Quraisy dan kaum Muslim tinggal di Habasyah dengan
tenang dan tentram.
Setelah beberapa waktu tinggal di Habasyah, tidak
seorangpun dari kaum Muslim masuk ke kota Mekkah kecuali dengan perlindungan
(dari salah seorang tokoh Quraisy / dengan sembunyi-sembunyi). Mereka jumlahnya
30 orang di antaranya Utsman bin Mazh’um dilindungi Al Walid bin Al Mughirah
dan Abu Salamah dilindungi Abu Thalib.
IBRAH
1.
Berpegang teguh dengan agama
dan menegakkan sendi-sendinya merupakan landasan dan sumber bagi setiap
kekuatan.
2.
Menunjukkan adanya titik
persamaan antara prinsip Nabi Muhammad saw dan Nabi Isa as.
3.
Bila diperlukan, kaum Muslim
boleh meminta “perlindungan” kepada non Muslim baik dari ahli kitab seperti
Najasyi yang pada waktu itu masih Nasrani (setelah itu masuk Islam) atau dari
orang Musyrik seperti mereka yang dimintai pertolongan oleh kaum Muslim untuk
kembali ke Mekkah.
Utusan Pertama Menemui
Rasulullah saw
IBRAH
1.
Kedatangan utusan dari Nasrani
Habasyah untuk menemui Rasulullah saw dan mempelajari islam merupakan bukti
bahwa penderitaan dan musibah yang dialami oleh aktivis da’wah Islam bukanlah
suatu kegagalan melainkan merupakan jalan yang harus ditempuh untuk mencapai
keberhasilan dan kemenangan.
2.
Para penganut Injil yang
beriman dan mengikuti petunjuknya yaitu untuk mengikuti Rasul yang datang
sesudah Isa as yaitu Muhammad saw sebagai konsekuensi keimanan.
Tahun Berduka Cita (‘Aamul
Huzni)
Pada tahun kesepuluh kenabian, Khadijah dan Abu Thalib
wafat.
IBRAH
1.
Sesungguhnya perlindungan,
pertolongan dan kemenangan hanya datang dari Allah. Dengan atau tanpa pembelaan
manusia, Rasulullah saw akan tetap dijaga dan dilindungi oleh Allah dan
da’wahnya akhirnya akan mencapai kemenangan.
2.
Sunnatullah dan hikmah
Ilahiyah artinya bahwa Rasulullah saw harus mengalami cobaan berat di jalan
da’wah sehingga para da’i pada setiap zaman akan menganggap ringan segala
bentuk cobaan berat di jalan da’wah.
Disebut tahun berduka cita bukan karena semata-mata
Rasulullah saw bersedih kehilangan sebagian keluarganya tetapi karena bayangan
akan tertutupnya hampir seluruh pintu da’wah Islam setelah wafatnya Khadijah
dan Abu Thalib.
Hijrah Rasul Ke Thaif
Rasulullah saw ke Thaif mencari perlindungan dan
dukungan dari Bani Tsaqif dan berharap agar ajarannya diterima. Disana, beliau
mengajak beriman kepada Allah swt, namun ditolak. Mereka pun menolak permintaan
Rasulullah saw agar mereka merahasiakan kedatangan beliau dari kaum Quraisy.
Bahkan Rasulullah saw dilempari batu hingga kedua kakinya cidera. Zaid bin
Haritsah yang melindungi Rasulullah saw pun terluka pada kepalanya.
Di kebun ‘Uqbah bin Rabi’ah, Rasulullah saw
berhenti dikejar. Tanpa sepengetahuan Rasulullah saw, di kebun tersebut beliau
diperhatikan oleh 2 anak Rabi’ah.
Rasulullah saw berdoa :
“Ya Allah,
kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kesanggupanku, dan
ketidakberdayaan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, Engkaulah pelindung bagi si lemah, dan Engkau
jualah pelindungku! Kepada siapakah diriku hendak Engkau serahkan ? Jika Engkau
tidak murka kepada ku, maka semua itu tak ku hiraukan, karena sungguh besar
nikmat yang telah Engkau limpahkan kepada ku. Aku berlindung pada sinar
wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan
akhirat, dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan kepada ku. Hanya Engkau lah
yang berhak menegur dan mempersalahkan diriku hingga Engkau berkenan. Sungguh
tiada daya dan kekuatan apaun selain atas perkenan-Mu.”
Karena doa itu, anak Rabi’ah merasa iba kemudian
memanggil pelayannya, seorang Nasrani bernama Addas untuk memberikan anggur
kepada Rasulullah saw. Sebelum memakan anggur itu, Rasulullah saw mengucapkan
basmalah. Addas pun berlutut di hadapan Rasulullah saw ketika tahu bahwa
Rasulullah saw adalah saudara Yunus bin Mathius dan ia juga adalah Nabi.
Ibnu Ishaq berkata :
Setelah itu, Rasulullah saw kembali ke Mekkah. Di Nikhlah,
beliau solat malam. Saat itu, ada beberapa makhluk yang mendengar bacaan
Rasulullah saw. Kisah ini terdapat pada QS. Al-Ahqaf : 29-31 dan Al-Jin : 1.
IBRAH
1.
Menyampaikan kepada Muslim
cara pelaksanaan sabar (QS. Ali Imron : 200). Pengaduan Rasulullah saw pada
Allah adalah ibadah. Berdoa merupakan perbuatan taqarrub dan ketaatan.
2.
Segala penderitaan yang
ditemui, selalu ada “penawar Ilahi”, seperti pada kisah Addas.
3.
Tindakan Zaid bin Haritsah
merupakan contoh yang harus dilakukan setiap Muslim dalam bersikap terhadap
pemimpin da’wah yang melindungi pemimpinnya meskipun harus mengorbankan
kehidupannya.
4.
QS. Al-Ahqaf : 29-31 dan
Al-Jin : 1 merupakan dalil eksistensi jin dan jin juga dibebani kewajiban
melaksanakan syariat Islam.
5.
Setelah penyiksaan di Thaif,
Rasulullah saw tetap yakin kepada Allah swt dan tidak pernah putus asa karena
yakin Allah swt akan memenangkan beliau.
Mu’jizat Isra’ Mi’raj
ü Isra’ : perjalanan Nabi dari Masjidil Haram di Mekkah ke
masjidil Aqsha di al-Quds.
ü Mi’raj : kenaikan Rasulullah saw menembus lapisan langit
setinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu semua makhluk dan
ditempuh dalam sehari semalam menggunakan buraq.
Dalam perjalanan ini, Rasulullah saw naik ke langit
pertama, kedua, dst. sampai Sidratul Muntaha. Di antara wahyu Allah swt yang
disampaikan saat itu adalah kewajiban sholat lima waktu yang pada awalnya
adalah 50 kali sehari semalam.
Kaum Musyrik mendustakan dan menertawakan berita
Rasulullah saw mengenai perjalanan beliau tersebut. Mereka bahkan menentang
Rasulullah saw untuk menggambarkan Baitul Maqdis.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah
saw bersabda :
“Ketika kaum
Quraisy mendustakan aku, aku berdiri di Hijr (Ismail) lalu Allah memperlihatkan
Baitul Maqdis kepada ku. Kemudian aku kabarkan kepada mereka tentang
tiang-tiangnya dari apa yang aku lihat.”
Abu Bakar membenarkannya.
IBRAH
1.
Peristiwa Isra’ Mi’raj ini
termasuk mu’jizat Rasulullah saw terbesar.
2.
Setelah merasakan siksaan kaum
Quraisy, Isra’ Mi’raj ini merupakan penghormatan dari Allah swt, penyegaran
semangat, dan ketabahannya.
3.
Kaum Muslim harus menjaga
Baitul Maqdis dan tidak menyerah pada kaum Yahudi.
4.
Pilihan Nabi terhadapa minuman
susu ketika Jibril menawarkan susu dan khamr merupakan isyarak secara simbolik
bahwa Islam adalah agama fitrah, aturannya sesuai dengan fitrah manusia.
5.
Isra’ dan Mi’raj dilakukan
dengan ruh dan jasad Rasulullah saw.
0 komentar:
Post a Comment