Saya sayang sama semua sahabat saya. Tapi yang ini beda, the best best best friend who make me feel so comfort. Dia lebih dari sahabat buat saya.
Dengan sifat-sifat di dalam diri saya (baik & buruk), dia benar-benar bisa menerima saya, menjadi penasehat pribadi saya, dan selalu paling mengerti saya. Entah sudah berapa banyak kejadian yang kalau-bukan-dia-yang-menghadapi-saya, saya pasti sudah gak bisa menampakkan diri lagi di depan umum karena malu. Saya, dengan segala sifat impulsif dan meledak-ledak yang susah dikontrol ini, sering sekali membuat diri malu di depan orang-orang, teman, sahabat, dan -dia-.
Dia beda dari sahabat-sahabat saya yang lain. Oke saya ganti, dia mungkin sama dengan sahabat yang lain, tapi porsinya lebih. Itu yang membuat saya merasa dia berbeda.
Mungkin baru 5 tahun terakhir ini saya kenal dia, dan selama itu juga gak pernah ada satu hal pun dalam hidup saya yang dia gak tau. Dia sangat tau segala tentang saya. Setiap cerita saya, bahkan cerita waktu dia belum masuk di kehidupan saya. Cerita masa kecil sampai saya sekarang.
Oke, saya akui, saya adalah tipe orang yang saaaangaaat hobi cerita, dan dia adalah pendengar yang baik. Best listener ever. Satu hari saja saya tidak bertemu dengannya, saya akan menceritakan segala yang saya alami saat dia gak ada. Saya juga kurang paham kenapa, tapi saya gak bisa kalau gak cerita, hal apapun. Ada yang kurang dalam hidup saya kalau gak cerita. Iya, saya memang hobi cerita.
Seringnya, saya mengulang cerita yang sama dua, tiga, bahkan sampai empat kali. Tapi dia selalu mendengarkan dan menanggapi cerita saya, meskipun di akhir cerita dia bilang "tau dak? Kau sudah cerito masalah ini duo kali". Dan saya cuma bisa bilang "masa sih? Perasaan belum?" Dan kami tertawa.
Aku, adalah orang yang paling suka baca, dan dia adalah manusia yang paling malas baca yang pernah saya kenal. Dia beli buku tapi gak pernah khatam dibacanya. Dia seringnya bilang "bacolah buku itu, kalo la selesai ceritoi dengan aku".
Setiap saya selesai baca novel atau buku baru, saya pasti cerita sama dia. Dan dia selalu bersedia mendengarkan cerita saya yang panjang dan gak ada habisnya itu.
Dia juga paling tau kalau mood saya lagi gak baik. Tapi dia gak pernah ambil pusing, karena dia tau kalau saya lagi dalam suasana hati yang buruk saya bakalan diem dan acuh sama semua orang. Kalau sama orang yang gak kenal saya baik, pasti bakalan salah paham dengan sikap saya.
Dia hanya membiarkan saya sendiri dengan pikiran saya, karna yaa, dia benar, saat seperti itu saya cuma butuh ruang dan sedikit waktu untuk berpikir. Dan dia pernah bilang, "kalau kau lagi kesal, pasti kau diem. Aku jugo dak akan nanyo, agek jugo pasti kau cerito dewek. Kalau kau lagi bad mood, kau tu berubah jadi aneh, selera cerito kau mendadak hilang dan berubah jadi pendiam dan sinis. Tapi yo biarlah, agek jugo balik lagi, terus cerito"
Ya, saya begitu.
Dan kami, bukan juga sahabat yang tidak pernah ada konflik. Ada, hanya sangat jarang. Biasanya pemicunya hanya hal sepele, seperti saya yang kesal karena sifatnya yang sangat lambat. Kalau mau pergi atau ada janji di luar biasanya saya sudah memprediksi mandi jam berapa, selesai jam berapa, di perjalanan memakan waktu berapa jam, dan sampai bisa tepat waktu, bahkan menyisakan beberapa puluh menit untuk siap-siap jika ada kejadian gak diinginkan, macet misalnya. Disaat saya sudah siap berangkat, dia belum juga ngapa-ngapain. Terpaksa saya nungguin dia. Dan mandinya itu yang luar biasa lama, saya juga gak habis pikir dia ngapain aja di kamar mandi, padahal cuma mandi. Saat seperti itu yang bikin saya bete, dan sepanjang perjalanan saya cuma diem.
Tapi akhirnya, saya bisa menerima dia yang seperti itu. Seperti dia yang menerima saya begini.
Terimakasih sudah jadi sahabat saya. Thanks for always in my sad and happiness phase, always beside me in my roller coaster's life, thanks for being there for me, Sefty Kurnia Utami 😆😅😄
I love you so much, and I will love you more and more 😊😊😄
0 komentar:
Post a Comment